Gangguan Sosial dan Emosional Anak Autisme


            Jika kita melihat anak autistik, maka kerap kali kita melihatnya sibuk sendiri dengan dunianya dan tidak jarang cenderung mengacuhkan orang-orang di sekitarnya. Anak autistik bukanlah menarik diri dari masyarakat karena mereka memang tidak pernah sepenuhnya bergabung dengan masyarakat sejak awal.
            Normalnya bayi menunjukkan tanda-tanda kelekatan, biasanya kepada ibunya, sejak usia 3 bulan. Pada anan-anak dengan autisme kelekatan dini tersebut kurang terlihat. Pada orang tua anak-anak autistik harus berusaha lebih keras melakukan kontak dan berbagi kasih sayang dengan mereka.
            Anak-anak dengan autisme tampak mengalami masalah keterampilan sosial yang berat. Mereka jarang mendekati orang lain dan pandangan mata mereka seolah melewati orang lain atau membalikkan badan memunggungi mereka. Hanya sedikit anak dengan autisme yang lebih dulu mengajak bermain anak-anak lain dan mereka biasanya tidak responsif kepada siapa pun yang mendekati mereka. Anak-anak dengan autisme kadang-kadang melakukan kontak mata, namun pandangan mata mereka memiliki kualitas yang tidak wajar.
            Beberapa anak autistik tampaknya tidak mengenali atau tidak membedakan antara orang yang satu dengan yang lain. Meskipun demikian, mereka memiliki ketertarikan dan menciptakan kelekatan kuat dengan berbagai benda-benda mati (seperti balok, tombol lampu, kunci, batu, selimut) dan berbagai benda mekanis (seperti kulkas, peneyedot debu). Jika benda tersebut merupakan sesuatu yang dapat mereka bawa, mereka dapat berjalan kemana-mana dengan menbawa benda tersebut sehingga menghambat mereka dengan berbagai hal lain yang lebih bermanfaat.
            Meskipun anak-anak autistik yang memiliki keberfungsian tinggi dapat belajar dengan mengerti pengalaman emosional dengan mengonsentrasikan upaya kognitif. Berbagai studi laboratorium terhadap anak-anak dengan autisme yang memiliki keberfungsian tinggi menemukan bahwa meskipun anak-anak tersebut dapat menunjukkan sedikit pemahaman terhadap emosi orang lain, mereka tidak sepenuhnya memahami mengapa dan bagaimana orang lain dapat merasakan berbagai emosi yang berbeda. Contohnya, bila kita bertanya “mengapa seseorang merasa marah?”, maka seorang anak  dengan autisme akan menjawah “karena ia berteriak”.

Referensi :
Davison, Gerald C., Neale, John M., & Kring, Ann M. (2006). Psikologi Abnormal edisi kesembilan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.

Comments

Popular posts from this blog

KEPADATAN DAN KESESAKAN

PRO KONTRA INTERNET

Keterbatasan Sosial dan Keterbatasan Fungsi Mental Anak MR