Pengaruh Televisi terhadap Tingkah Laku Anak
“Bisa kita bayangkan betapa dahsyatnya pengaruh televisi terhadap perkembangan perilaku seseorang. Jangan heran, kalau akhir-akhir ini masyarakat kita banyak yang melakukan tidakan-tindakan diluar nalar. Tindakan yang tidak mencerminkan warga negara yang taat pada aturan. Karena apa, otak kita sehari-hari terbiasa disuguhi tontonan yang mengedepankan kekerasan, sex, kriminalitas, dll. Otak kita dicuci oleh kekuatan media elektronik seperi halnya televisi. Seseorang yang terbiasa menonton adegan-adegan kekerasan cenderung menganggap bahwa adegan tersebut adalah hal yang lumrah. Ini berbahaya ketika tontonan tersebut di konsumsi oleh anak-anak yang belum siap secara psikologi. Anak akan meniru pola yang dilakukan bintang pujaannya dan yang di khawatirkan seorang anak belum bisa memilah dan memilih mana yang mesti di tonton.”
Kutipan artikel di atas merupakan salah satu contoh yang marak terjadi saat ini. Salah satunya adalah kekerasan. Anak menjadi bertingkah laku kasar atau berantem dengan teman-temannya karena sering melihat tindakan seperti itu baik secara langsung ataupun hanya melalui televisi. Selain dari pribadi anak tersebut, faktor lingkungan turut mengambil andil atas tingkah laku yang ia lakukan. Sesuai dengan teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin menyatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari pribadi dan lingkungan. Oleh karena itulah, meniru apa yang ada di lingkungannya merupakan hal yang mudah untuk dilakukan oleh anak yang belum dapat membedakan mana yang patut dicontoh atau yang tidak patut dicontoh. Sehingga jangan heran kalau kita mendengar bahwa ada anak yang awalnya hanya bermain dengan temannya tetapi berujung “kematian” karena mereka sedang bermain smackdown seperti yang ia lihat di televisi, dengan siaran pengulangan yang berulang kali maka anak akan terpicu untuk menirukannya. Atau pun kasus anak-anak yang sedang mencaci-maki temannya yang cacat hanya karena ia menirukan adegan di sinetron yang mereka tonton di televisi.
Contoh kasus di atas seharusnya dapat menyentil kita sebagai orang dewasa dan terlebih lagi para orangtua agar lebih selektif terhadap apa yang ditonton oleh anaknya. Sayangnya, banyak orangtua yang mengganggap bahwa apa yang anaknya tonton tidak ada kekerasan, seksualitas, pamer kekayaan, pertengkaran dengan emosi yang meluap-luap yang tentu saja semua itu dapat mempengaruhi tingkah laku anak.
Comments
Post a Comment