Posts

Showing posts from March, 2010

Perasaan dan Tingkah Laku Orang Tua dari Anak Retardasi Mental

Perasaan dan tingkah laku orang tua itu berbeda-beda dan dapat dibagi menjadi: Reaksi orang tua berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor, misalnya apakah kecacatan tersebut dapat segera diketahuinya atau terlambat diketahuinya. Faktor lain yang juga sangat penting ialah derajat kecacatan dan jelas tidaknya kecacatan tersebut terlihat orang lain. Perasaan melindungi anak secara berlebihan, yang bisa dibagi dalam wujud: Proteksi biologis Perubahan emosi yang tiba-tiba, hal ini mendorong untuk: a)       Menolak kehadiran anak dengan memberikan sikap dingin; b)       Menolak dengan rasionalisasi, menahan anaknya di rumah dengan mendatangkan orang yang terlatih untuk mengurusnya; c)       Merasa kewajiban untuk memelihara tetapi melalukan tanpa memberikan kehangatan; d)      Memeliharanya dengan berlebihan sebagai kompensasi terhadap perasaan menolak. Ada perasaan bersalah melahirkan anak berkelainan, kemudian terjadi p

Dampak Ketunagrahitaan (Retardasi Mental)

    Orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak tunagrahita merupakan resiko psikiatri keluarga. Keluarga anak tunagrahita berada dalam resiko, mereka menghadapi resiko yang berat. Saudara-saudara anak tersebut pun menghadapi hal-hal yang bersifat emosional.     Saat yang kritis adalah ketika keluarga itu pertama kali menyadari bahwa anak mereka tidak normal seperti anak lainnya. Jika anak tersebut menunjukkan gejala-gejala kelainan fisik (misalnya mongol), maka kelainan anak dapat segera diketahui sejak anak dilahirkan. Tetapi jika anak tersebut tidak mempunyai kelainan fisik, maka orang tua hanya akan mengetahui dari hasil pemeriksaan. Cara menyampaikan hasil pemeriksaan sangatlah penting. Orang tua mungkin menolak kenyataan atau menerima dengan beberapa persyaratan tertentu.    Dalam memberitahukan kepada orang tua hendaknya dilakukan terhadap keduanya (suami-istri) secar

Emosi, Penyesuaian Sosial dan Kepribadian Anak Tunagrahita (Retardasi Mental)

Perkembangan dorongan ( drive ) dan emosi berkaitan dengan derajat ketunagrahitaan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri. Mereka tidak bisa menunjukkan rasa lapar atau haus dan tidak dapat menghindari bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi-emosi yang sederhana.             Pada anak terbelakang ringan, kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal, akan tetapi tidak sekaya anak normal. Anak tunagrahita dapat memperlihatkan kesedihan tetapi sukar untuk menggambarkan suasana terharu. Mereka bisa mengekspresikan kegembiraan tetapi sulit mengungkapkan kekaguman.               Dalam kepribadian tercakup susunan fisik, karakter emosi, serta karakteristik sosial seseorang. Di dalamnya juga tercakup cara-cara memberikan respon terhadap rangsangan yang datangnya dari dalam maupun dari luar, baik rangsangan fis

3 Tahap Perkembangan Bahasa Anak Retardasi Mental

1 . Inner language     Inner language adalah aspek bahasa yang pertama berkembang. Muncul kira-kira pada usia 6 bulan. Karakteristik perilaku yang muncul pada tahap ini adalah pembentukan konsep-konsep sederhana, seperti anak mendemonstrasikan pengetahuannya tentang hubungan sederhana antara satu objek dengan objek lainnya. Tahap berikut dari perkembangan inner language adalah anak dapat memahami hubungan-hubungan yang lebih kompleks dan dapat bermain dengan mainan dalam situasi yang bermakna. Contohnya menyusun perabot di dalam rumah-rumahan. Bentuk yang lebih kompleks dari perkembangan inner language ini adalah mentranformasikan pengalaman ke dalam simbol bahasa. 2. Receptive language     Setelah inner language berkembang, maka tahap berikutnya adalah receptive language . Anak pada usia kira-kira 8 bulan mulai mengerti sedikit-sedikit tentang apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Anak mulai merespon apabila namanya dipanggil dan mulai sedikit mengerti perintah. Menjelang kir

Hierarki Perkembangan Bahasa Anak Tunagrahita

     Bahasa didefinisikan oleh Myklebust sebagai perilaku simbolik mencakup kemampuan mengikhtisaran, mengikatkan kata-kata dengan arti, dan menggunakannya sebagai simbol untuk berpikir dan mengekspresikan ide, maksud, dan perasaan. Myklebust mengemukakan lima tahapan abstraksi: sensori, persepsi, perumpamaan, simbolisasi, dan konseptualisasi. Kapasitas-kapasitas tersebut saling melengkapi dan dipandang sebagai tahap perkembangan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman.               Visual receptive language reading           Auditory expressive language speaking           Auditory receptive language           Comprehending spoken word          Inner language                Auditory symbol and experience                                        E

Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita

     Supples menjelaskan bahwa kognisi merupakan bidang yang luas yang meliputi semua keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah persepsi. Messen, Conger, dan Kagan menjelaskan bahwa kognisi paling sedikit terdiri dari lima proses, yaitu (1) persepsi, (2) memori, (3) pemunculan ide-ide, (4) evaluasi, (5) penalaran. Proses-proses itu meliputi sejumlah unit yaitu skema, gambaran, simbol, konsep, dan kaidah-kaidah. Para peneliti bidang ini tertarik pada perubahan urutan proses kognitif yang dihubungkan dengan umur dan pengalaman. Ahli-ahli psikologi perkembangan berusaha untuk memahami mekanisme perubahan kognitif pada berbagai perkembangan kognitif.      Ternyata kognisi adalah bidang yang luas dan beragam, peneliti tidak dapat memusatkan pada satu proses kognitif dalam rentang umur tertentu. Adakah hubungan antara kognitif dengan intelegensi? Anak terbelakang menunjukkan defisit dalam perolehan pengetahuan seperti yang digambarkan dalam situasi tes. Kognisi meliputi proses di

Perkembangan Fisik Anak Retardasi Mental

Fungsi-fungsi perkembangan anak tunagrahita/retardasi mental ada yang tertinggal jauh oleh anak normal. Ada pula yang sama atau hampir menyamai anak normal. Di antara fungsi-fungsi yang menyamai atau hampir menyamai anak normal ialah fungsi jasmani dan motorik.             Perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak secepat perkembangan anak normal sebagaimana banyak ditulis orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesegaran jasmani anak terbelakang mental atau tunagrahita yang memiliki MA ( mental age ) 2 tahun sampai dengan 12 tahun ada dalam kategori kurang sekali. Sedang anak normal pada umur yang sama ada dalam kategori kurang. Dengan demikian tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak normal pada umur yang sama. Locomotor skill , meliputi: -         Functional run -         Functional leap -         Functional horizontal jump -         Functional vertical jump -         Func

Keterbatasan Sosial dan Keterbatasan Fungsi Mental Anak MR

Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak MR juga akan menagalami keterbatasan sosial. Mereka memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak MR cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tangggung jawab sosial dengan bijaksana, sehinggga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakuakan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Anak dengan keterbelakangan mental ini memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Mereka juga tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama. Anak dengan kebutuhan khusus ini pun memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mer

Keterbatasan Intelegensi Anak Mental Retardation

     Seorang anak yang mengalami mental retardation (retardasi mental) maka kondisi perkembangan kecerdasannya pun akan mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Mental retardation (MR) biasa digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelegensil di bawah rata-rata.      Anak MR biasanya mempunyai keterbatasan intelegensi. Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semnua hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan belaj

Definisi mental retardation

        Tunagrahita (keterbelakangan mental) atau sering disebut mental retardation (MR) adalah anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus sesungguhnya memilik arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelejensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak ini dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. Untuk memahami terbelakang mental (MR) ada baiknya memahami terlebih dahulu konsep Mental Age (MA). Mental age adalah kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Contoh anak yang berusia 6 tahun akan mempunyai kemampuan yang sepadan dengan ke