KESULITAN PEMAHAMAN BAGI ANAK DISLEKSIA
Penderita disleksia bukan hanya mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca saja, tetapi juga kesulitan masalah pemahaman. Contonya, sang anak akan sulit memahami apa yang dibacanya ketika ia membaca buku cerita ataupun buku pelajaran, ini pulalah yang kelak akan menyebabkan sang anak memiliki prestasi yang rendah di sekolah.
Untuk mengajarkan pemahaman anak disleksia, alangkah baiknya jika sang pendidik atau pembimbing mengidengtifikasikan dahulu kemampuannya. Setelah mengetahui sejauh mana pengetahuannya, kita bisa coba dengan mengajarinya untuk memahami sesuatu seperti berikut:
• Pilihlah buku yang menarik bagi sang anak, biasanya anak lebih menyukai buku-buku cerita dongeng. Ajak ia membacanya secara keras-keras, meskipun nantinya dia tidak dapat membacanya secara cepat seperti anak normal dan juga akan mengalami kesulitan ketika membacanya. Setelah selesai membacanya, mintalah ia untuk menceritakannya kembali.
• Jika dengan cara sebelumnya ia menolak. Mintalah ia untuk membacanya tanpa bersuara dan minta ia menceritakannya kembali setiap paragrafnya.
• Jika pemahaman anak tersebut sudah semakin berkembang, maka perlahan-lahan tambahlah beberapa kalimat atau paragraph sebelum ia menceritakannya kembali.
• Untuk lebih membantu pemahaman sang anak, pembimbing sebaiknya juga mengarahkannya. Contohnya, jika anak memilih cerita Cinderella, tanyakan padanya, apa yang dirasakan Cinderella ketika ibu kandungnya meninggal? Bagaimana hubungannya dengan ibu tiri dan saudara-saudara tirinya? dan baagaimana akhir ceritanya?
Membantu anak untuk bisa memahami suatu cerita dirasakan sama pentingnya dalam mengajarinya membaca ataupun menulis. Cara mengajari pemahaman yang dirasakan cukup efektif adalah membaca cerita bersama. Sang pembimbing dapat langsung mengecek secara langsung pamahamannya. Pembimbing akan lebih cepat tahu mana kata-kata yang sulit dipahami oleh sang anak. Contonya, jika anak bingung dengan kata “terbenam”, maka pembimbing menjelaskannya dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami, seperti: “Kalau sore hari matahari muncul atau menghilang?”. Dan ketika sang anak menjawab “menghilang” maka pembimbing memberitahukannya bahwa, “menghilang itulah yang dinamakan terbenam”.
Daftar Pustaka
Papalia Diane. E, Sally Wendkos Olds , Ruth Duskin Feldman. 2001. Human Development eighth edition. New York : Mc Graw Hill
Somantri, Sutjihati. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Untuk mengajarkan pemahaman anak disleksia, alangkah baiknya jika sang pendidik atau pembimbing mengidengtifikasikan dahulu kemampuannya. Setelah mengetahui sejauh mana pengetahuannya, kita bisa coba dengan mengajarinya untuk memahami sesuatu seperti berikut:
• Pilihlah buku yang menarik bagi sang anak, biasanya anak lebih menyukai buku-buku cerita dongeng. Ajak ia membacanya secara keras-keras, meskipun nantinya dia tidak dapat membacanya secara cepat seperti anak normal dan juga akan mengalami kesulitan ketika membacanya. Setelah selesai membacanya, mintalah ia untuk menceritakannya kembali.
• Jika dengan cara sebelumnya ia menolak. Mintalah ia untuk membacanya tanpa bersuara dan minta ia menceritakannya kembali setiap paragrafnya.
• Jika pemahaman anak tersebut sudah semakin berkembang, maka perlahan-lahan tambahlah beberapa kalimat atau paragraph sebelum ia menceritakannya kembali.
• Untuk lebih membantu pemahaman sang anak, pembimbing sebaiknya juga mengarahkannya. Contohnya, jika anak memilih cerita Cinderella, tanyakan padanya, apa yang dirasakan Cinderella ketika ibu kandungnya meninggal? Bagaimana hubungannya dengan ibu tiri dan saudara-saudara tirinya? dan baagaimana akhir ceritanya?
Membantu anak untuk bisa memahami suatu cerita dirasakan sama pentingnya dalam mengajarinya membaca ataupun menulis. Cara mengajari pemahaman yang dirasakan cukup efektif adalah membaca cerita bersama. Sang pembimbing dapat langsung mengecek secara langsung pamahamannya. Pembimbing akan lebih cepat tahu mana kata-kata yang sulit dipahami oleh sang anak. Contonya, jika anak bingung dengan kata “terbenam”, maka pembimbing menjelaskannya dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami, seperti: “Kalau sore hari matahari muncul atau menghilang?”. Dan ketika sang anak menjawab “menghilang” maka pembimbing memberitahukannya bahwa, “menghilang itulah yang dinamakan terbenam”.
Daftar Pustaka
Papalia Diane. E, Sally Wendkos Olds , Ruth Duskin Feldman. 2001. Human Development eighth edition. New York : Mc Graw Hill
Somantri, Sutjihati. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Comments
Post a Comment