Gangguan Bahasa Ekspresif
Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Dalam gangguan berbahasa ekspresif, anak mengalami kesulitan mengekspresikan dirinya dalam berbicara. Si anak tampak sangat ingin berkomunikasi. Namun mengalami kesulitan luar biasa untuk menemukan kata-kata yang tepat. Contoh: si anak tidak mampu mengucapkan kata “balon” ketika menunjuk sebuah balon yang dipegang oleh temannya. Di usia empat tahun, anak tersebut hanya mampu berbicara dengan kalimat yang pendek. Kata-kata yang sudah dikasai terlupakan ketika kata-kata yang baru dikuasai dan penggunaan struktur tata bahasa sangat di bawah tingkat anak seusianya.
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosakata, mengalami kesulitan dalam mengingat katakata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung diagnosis.
Referensi :
Coplan, James. (1995). Normal speech and language development : Pediatric In Review
Davison, Gerald C., Neale, John M., & Kring, Ann M. (2006). Psikologi Abnormal edisi kesembilan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
Kaplan, Harold I. (1997). Gangguan komunikasi. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa Aksara
Ramin A, David TW. (2004). Nelson Textbook of Pediatrics Edisi ke 18. Philadelphia: Saunders
Comments
Post a Comment