Ketakutan Masa Kanak-kanak dan Penarikan Diri Secara Sosial
Ketakutan Masa Kanak-kanak dan Penarikan Diri Secara Sosial
Sebagian besar anak-anak mengalami ketakutan dan kekhawatiran sebagai begian dari proses perkembangan normal. Sebuah laporan klasik oleh Jersild dan Holmes tahun 1935 mengidentifikasikan bahwa anak-anak usia 2-6 tahun memiliki rata-rata 5 ketakutan , dan penemuan yang sama juga dilaporkan oleh para peneliti berikutnya (antara lain Lapouse dan Monk pada tahun 1959). Ketakutan umum, yang sebagian besar berkembang lebih cepat, meliputi ketakutan terhadap kegelapan dan makhluk khayalan (pada anak-anak di bawah usia 5 tahun) dan ketakutan dipisahkan dari orangtua (pada anak-anak di bawah usia 10 tahun). Secara umum, rasa takut dan fobia dilaporkan lebibh banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena sebagian disebabkan oleh tekanan sosial pada anak laki-laki untuk tidak mengakui bahwa mereka merasa takut terhadap sesuatu
Sekitar 10 hingga 15 persen anak-anak dan remaja menderita gangguan anxietas (kecemasan), menjadikannya sebagai gangguan yang paling umum terjadi di masa kanak-kanak. Walaupun sebagian besar ketakutan pada masa kanak-kanak yang tidak realistik terhapus dengan berjalannya waktu, namun sebagian besar orang dewasa yang mengalami kecemasan dapat ditelusuri masalahnya hingga ke masa kanak-kanak.
Dengan demikian, keseriussan beberapa masalah kecemasan pada masa kanak-kanak tidak boleh diremehkan. Mereka tidak hanya menderita, seperti halnya orang dewasa, karena ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh perasaan cemas, mereka dapat kehilangan kemampuan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan pada berbagai tahap pada masa perkembangan mereka. Secara spesifik, seorang anak yang sangat pemalu dan yang sangat tidak mampu berinteraksi dengan teman sebaya tidak mungkin belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Kelemahan perilaku ini akan menetap seiring dengan pertumbuhan anak menjadi remaja dan akan menjadi dasar dari “retardasi sosial”.
Referensi :
Davison, Gerald C., Neale, John M., & Kring, Ann M. (2006). Psikologi Abnormal edisi kesembilan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
Comments
Post a Comment