Etiologi Depresi Masa Kanak-kanak
Depresi pada masa kanak-kanak sering kali muncul ketika anak pindah dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama; hal tersebut juga dapat berkaitan dengan tekanan akademis yang kuat. Transisi ke masa sekolah pertengahan sangat menekan dan menyebabkan depresi dalam diri orang-orang muda yang tidak memiliki keyakinan kecakapan diridan hanya memiliki sedikit investasi pribadi dalam kesuksesan akademis.
Penyebab pasti depresi masa kanak-kanak tidak diketahui. Studi menemukan faktor keturunan depresi masa kanak-kanak sangat rendah, walaupun 20% sampai 50% anak yang menderitanya memiliki keluarga yang juga mengalaminya. Anak yang depresi cenderung berasal dari keluarga dengan tingkat depresi parental, kecemasan, substance abuse, atau perilaku antisosial yang tinggi, dan atmosfer yang ada dalam keluarga seperti itu dapat meningkatkan risiko depresi pada anak. Anak usia 5 atau 6 tahun dapat melaporkan perasaan tertekan yang dapat memunculkan masalah di kemudian hari, mulai dari masalah akademis sampai depresi besar serta ide bunuh diri.
Seperti pada halnya orang dewasa, bukti-bukti menunjukkan bahwa faktor-faktor genetik memegang suatu peranan. Berbagai studi mengenai depresi pada anak-anak juga telah memfokuskan pada keluarga dan hubungan kekerabatan lain sebagai sumber-sumber stress yang dapat berinteraksi dengan suatu diathesis (predisposisi terhadap suatu penyakit/abnormalitas) biologis. Memiliki seorang ibu yang mengalami depresi meningkatkan kemungkinan untuk mengalami depresi meningkatkan kemungkinan untuk mengalami depresi semasa masih anak-anak atau setelah remaja, namun lebih sedikit yang diketahui mengenai pengaruh dari sisi ayah atau penyebab keterkaitan tersebut.
Anak-anak yang mengalami depresi dan orang tua mereka saling berinteraksi secara negatif, contohnya menunjukkan kurangnya kehangatan dan lebih hostilitas satu sama lain dibanding antara anak-anak yang tidak mengalami depresi dan orang tua mereka. Anak-anak yang mengalami depresi mayor juga memiliki keterampilan sosial rendah dan hubungan yang tidak baik dengan saudar-saudara kandung serta teman-teman mereka. Pola perilaku tersebut mungkin merupakan penyebab dan sekaligus konsekuensi depresi. Anak-anak yang mengalami depresi memiliki kontak yang lebih sedikit dan kurang memuaskan dengan teman-teman sebaya yang sering kali menolak mereka karena tidak menyenangkan bila bersama mereka. Interaklsi negatif tersebut pada akhirnya memperburuk citra diri dan rasa bermakna negatif yang telah ada pada diri anak tersebut.
Pengalaman di lingkungan rumah, terutama cara orang tua menghadapi anak-anaknya, menimbulkan kognisi dan pemikiran yang dapat memicu depresi. Meskipun demikian, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa distorsi kognitif pada anak-anak dapat merupakan refleksi depresi dan bukan merupakan penyebab. Penelitian lain yang melibatkan pengetahuan tentang perkembangan kognitif dalam depresi anak-anak. Contohnya, akan menjadi penting untuk meneliti lebih jauh bagaimana schemata (cara pandang), sikap dan makna diri berkembang selam masa kanak-kanak.
Referensi:
Davison, Gerald C., Neale, John M., & Kring, Ann M. (2006). Psikologi Abnormal edisi kesembilan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
Papalia Diane. E, Diana Gross, Ruth Duskin Feldman. 2007. Human Development tenth edition. New York : Mc Graw Hill
Comments
Post a Comment