Kekurangan Komunikasi Anak Autisme
Bahkan sebelum berbahasa, anak-anak autistik menunjukkan kelemahan dalam komunikasi. Mengoceh (babbing), istilah yang menggambarkan ucapan bayi sebelum mereka mulai mengucapkan kata-kata sebenarnya, jarang dilakukan para bayi dengan autisme dan menyampaikan lebih sedikit informasi dibanding bayi-bayi lain. Sekitar 50% anak-anak autistik tidak pernah belajar berbicara sama sekali. Sementara itu, pada mereka yang belajar berbicara, bicaranya pun mencakup berbagai keanehan.
Salah satu cirinya adalah ekolalia, di mana si anak mengulangi, biasanya dengan ketepatan yang luar biasa dari perkataan orang lain yang di dengarnya. Anak-anak autistik yang tidak berbicara yang di kemudian hari dapat berbicara secara fungsional melalui latihan biasanya pertama-tama melewati tahap ekolalia.
Abnormalitas bahasa lain yang umum terdapat dalam pembicaraan anak-anak autistik adalah pembalikan kata ganti. Anak-anak autistik merujuk dirinya sendiri dengan kata ganti, ia, dia, kamu atau dengan menyebut nama mereka sendiri. Pembalikan kata ganti berkaitan erat dengan ekolalia. Karena anak-anak autistik sering kali berbicara ekolalik, mereka merujuk diri sendiri seperti yang mereka dengar ketika orang lain berbicara tentang mereka dan salah menerapkan kata ganti tersebut. Jika kemampuan bicara terus menerus berkembang lebih normal, pembalikan kata ganti ini dapat diharapkan akan hilang. Meskipun demikian, hal ini akan sangat sulit diubah. Beberapa anak memerlukan pelatihan yang sangat ekstensif bahkan setelah mereka tidak lagi membeo kalimat yang diucapkan orang lain.
Anak-anak dengan autisme sangat kaku dalam menggunakan kata-kata. Contohnya, si anak dapat berkata, “Jangan jatuhkan kucing itu”, yang maksudnya adalah adalah “tidak”, karena ibunya mengucapkan kata-kata empatik tersebut ketika si anak akan menjatuhkan kucing peliharaan keluarga tersebut.
Kelemahan komunikasa tersebut dapat menjadi penyebab kelemahan sosial pada anak-anak dengan autisme. Hubungan kausal tersebut diperkuat oleh sering munculnya perilaku afeksi dan bergantung yang spontan pada anak-anak tersebut setelah mereka dilatih untuk berbicara. Meskipun demikian, sekalipun mereka telah belajar berbicara, orang-orang dengan autisme sering kali kurang memiliki spontanitas verbal dan jarang berekspresi secara verbal serta penggunaan bahasa mereta tidak selalu tepat.
Referensi :
Davison, Gerald C., Neale, John M., & Kring, Ann M. (2006). Psikologi Abnormal edisi kesembilan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
Comments
Post a Comment